Saturday, February 11, 2017

proses kedatangan bangsa - bangsa barat

Assalamu'alaikum, wilujeng enjing kasadayana dulur - dulur sa, meldisa bade ngepost tugas sakola masih tugasna kelas 7 magga di regepkeun bae,


PROSES KEDATANGAN BANGSA - BANGSA BARAT DI BERBAGAI DAERAH SAMPAI TERBENTUKNYA KEKUASAAN KOLONIAL DI INDONESIA

Kekaisaran Romawi mencapai kejayaanya pada masa pemerintahan Octavianus Agustus yang dapat menguasai hampir seluruh daratan Eropa, Afrika Utara dan sebagian Afrika Barat. Kekaisaran Romawi pecah menjadi dua, yaitu Romawi Barat dan Romawi Timur (Byzantium). Pada tahun 476 M semasa pemerintahan Romulus Agustulus kekaisaran Romawi Barat runtuh akibat serangan suku bangsa Barbar (Suku Germania) di bawah pippinan Odoacer. Peristiwa runtuhnya Romawi Barat menandai mulainya zaman kegelapan (Dark Ages) yang ditandai kemerosotan ilmu pengetahuan dan seni, munculnya kerajaan – kerajaan kecil yang tidak mentaati hukum Romawi.
Zaman kegelapan baru berakhir setelah adanya “Gerakan Renaissance” yaitu suatu gerakan bangsa Eropa yang berusaha untuk membangkitkan kembali pola pikir bebas yang pernah berkembang pada zaman Romawi Kuno dan Yunani Kuno. Tokoh Renaissance yang terkenal yaitu Leonrdo Da Vinci dan Michael Angelo.
Lahirnya para pemikir ini membawa perubahan yang sangat besar di Eropa. Gerakan Renaissance kemudian melahirkan paham – paham baru, seperti paham :

1) Rasionalisme
Yaitu paham yang memandang rasio atau akal pikiran manusia sebagai alat pengukurkebenaran.
Tokohnya : John Locke, Immanuel Kant, Montesquieu, dan Voltaire

2) Aufklarung
Yaitu aliran yang memanfaatkan rasionalisme untuk kesejahteraan manusia
Tokohnya : John Locke, Immanuel Kant, Montesquieu, dan Voltaire

3) Humanisme
Yaitu paham yang berpandangan agar manusia diberi kebebasan dan keadilan, bebas dari rasa takut dan bebas dari kemiskinan.
Tokohya : Erasmus (Belanda), dan Morus (Inggris)

4) Liberalisme
Yaitu paham yang memandang kemerdekaan individu sebagai pangkal dan pokok dari kebaikan hidup.
Tokohnya : JJ Rousseau

5) Demokrasi
Yaitu paham yang memandang bahwa kekuasaan di tangan rakyat.

Pada tahun 1070 – 1291 terjadi perang salib antara Kerajaan Turki dan Bangsa – Bangsa Eropa. Penyebabnya adalah pada masa Palestina berada di bawah kekuasaan Kalifah Abbasiyah, umat Nasrani (Kristen) dari daratan Eropa diperkenankan berziarah ke Yerusalem, akan tetapi semenjak Turki menguasai Yerusalem para peziarah Nasrani (Kristen) dari Eropa dilarang masuk atau mengunjungi kota suci Yerusalem. Larangan itu menimbulkan reaksi bangsa – bangsa Eropa yang mayoritas beragama Nasrani (Kristen). Kaisar Maksius Byzantium (Istanbul) minta bantuan Paus Urbanus II di Roma untuk merebut koat suci Yerusalem dari tangan Turki, perang ini disebut sebagai Perang Salib yang berakhir tahun 1291 yang dimenangkan oleh tentara salib. Perang salib berlangsung sampai tujuh kali, dari ketujuh perang itu, perang salib yang pertama yang dimenangkan oleh tentara salib sedangkan yang lainya dimenangkan oleh Turki yang memeluk agama Islam.
Kekaisaran Byzantium mencapai kejayaan saat pemerintahan Yustianus, sehingga Byzantium menjadi pusat perdagangan , ilmu pengetahuan dan seni. Byzantium runtuh saat direbut oleh Turki dibawah pimpinan Sultan Muhammad II. Jatuhnya Byzantium mengakibatkan perubahan besar di Eropa baik perubahan di bidang politik, ekonomi maupun sosial.

Faktor pendorong terjadinya perubahan politik di Eropa disebabkan oleh :
1. Runtuhnya kekaisaran Romawi barat.
2. Terjadinya Perang Salib.
3. Jatuhnya Kekaisaran Byzantium ke tangan Turki.

Perubahan ekonomi yang terjadi di Eropa berupa:
1. Berkembangnya sistem ekonomi feodal, yang mengandalkan tanah sebagai sumber kehidupan.
2. Bangkitnya kembali perdagangan di Laut Tengah, akibat Perang Salib.
3. Munculnya upaya perdagangan dengan Hindia Timur.

Perubahan sosial yang terjadi di Eropa berkaitan erat dengan perubahan politik dan ekonomi.
Perubahan sosial yang terjadi di Eropa berupa :
1. Terbentuknya masyarakat feudal.
2. Munculnya kelas pedagang.
3. Timbul dan munculnya ilmu pengetahuan.
4. Timbulnya penjelajahan samudra.

Tahun 1453 Konstantinopel jatuh ke tangan Turki, yang menyebabkan bangsa – bangsa Eropa mengalami kesulitan terutama di bidang perdagangan, karena kebutuhan barang dagangan terutama rempah – rempah yang sangat dibutuhkan Eropa yang berasal dari daratan Asia banyak dipasok melalui Konstantinopel, sedangkan Konstantinopel sudah dikuasai oleh Turki. Akibatnya bangsa Eropa terdorong untuk mengadakan penjelajahan samudra guna mencari daerah penghasil barang – barang yang dibutuhkan terutama rempah – rempah.

Faktor – faktor pendorong Bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra, adalah :
1. Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Bangsa Turki.
2. Adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Kisah perjalanan Marcopolo ke dunia timur yang diceritakan dalam Imago Mundi (anggapan tentang dunia).
4. Keinginan untuk mendapatkan daerah baru.
5. Keinginan untuk mendapatkan rempah – rempah dari daerah asal sehingga dapat berhubungan langsung.
6. Adanya keyakinan kebenaran ajaran Copernicus yang mengatakan bahwa bumi itu bulat, sehingga orang berlayar terus dengan arah sama akan kembali ke tempat asalnya.
7. Adanya keinginan menyebarkan agama Nasrani ke seluruh dunia.
8. Ingin mencari kejayaan dan kekayaan.
Bangsa yang bersemangat mengadakan penjelajahan samudra antara lain Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda. Ekspedisi Portugis dan Spanyol dibiayai langsung dari pemerintah kerajaan. Sedangkan ekspedisi penjelajahan Inggris dan Belanda di sponsori oleh Serikat Dagang.

PENJELAJAHAN BANGSA – BANGSA EROPA

a) Penjelajahan Portugis
 Bartholomeous Diaz
Perintis pelayaran melalui Samudra Atlantik sampai ke Tanjung Harapan.
 Vasco Da Gama
Perintis jalur pelayaran melalui Tanjung Harapan ke India.
 Francessco D’aimlda
Penakluk Goa di India.
 Cabral
Perintis pelayaran melalui Samudra Atlantik sampai ke Brazilia.

b) Penjelajahan Spanyol
 Christophorus Columbus Perintis pelayaran ke Benua Amerika.
 Ferdinand Magelhan Perintis pelayaran ke Asia dari arah barat (melalui Benua Amerika).
 Ferdinand Cortez Penakluk Suku Aztek, di Meksiko.
Francessco Pizzaro Penakluk suku Inka, di Peru.

c) Penjelajahan Inggris
 Francis Drake
Mengelilingi dunia antara tahun 1577 – 1580.
 William Dampier
Perintis pelayaran ke pantai barat Benua Australia.
 James Cook
Perintis pelayaran ke pantai timur Benua Australia.
 Mathew Flinders
Mengelilingi Benua Australia dan membuat peta benua itu.

d) Penjelajahan Belanda
 Barret
Perintis pelayaran ke Asia melewati kutub utara.
 Cournelis De Houtman
Perintis pelayaran ke Indonesia melalui India lalu ke Selat Sunda.
 Abel Tasman
Perintis pelayaran kepulauan Tasmania, Fizi, dan Selandia Baru.

Sejak pertengahan abad ke – 15, bangsa – bangsa Eropa telah mulai mengenal pelayaran samudra, ketika memasuki abad ke – 16 mereka memasuki wilayah perairan Nusantara. Faktor pendorongnya adalah karena jiwa petualangan untuk mencari daerah baru, faktor ekonomi serta penyebaran agama.

1. PROSES DAN TUJUAN KEDATANGAN BANGSA PORTUGIS DAN SPANYOL KE INDONESIA.

Pada tahun 1511 Portugis dibawah pimpinan Alfonso D’ Albuquerque berhasil menakklukan Malaka. Tahun 1512 Portugis di bawah pimpinan De Abreu melakukan pelayaran ke Maluku untuk menguasai kepulauan tersebut. Kedatangan Bangsa Portugis diterima baik oleh Kerajaan Ternate. Kerajaan Ternate pada saat itu sedang bermusuhan dengan Kerajaan Tidore, dengan kedatangan Portugis itu diharapkan dapat membantu Ternate dengan membangun benteng pertahanan Saint John untuk melawan Tidore dengan imbalan Portugis diberi hak monopoli perdagangan rempah – rempah di Maluku. Akibatnya, rakyat Ternate menjadi tertekan karena rakyat tidak bebas menjual rempah – rempah dengan harga ditekan serendah – rendahnya oleh Portugis sehingga hubungan Portugis dengan Ternate menjadi permusuhan.
Pada tahun 1521, Ekspedisi Spanyol dipimpi oleh Sebastian Deled Cano sampai di Maluku dan di terima baik oleh kerajaan Tidore. Sehingga di Maluku terjadi permunsuhsan antara Spanyol dan Portugis, meskipun jauh sebelumnya telah diadakan perjanjian diantara kedua Negara yang diadakan pada tahun 1492 yaitu perjanjian Tordesilas dalam perjanjian Tordesilas tesebut dinyatakan bahwa dunia dibagi atas dua pengaruh yaitu bangsa Portugis dan bangsa Spanyol.tetapi pada tahun 1521 ketika ekspedisi Spanyol juga sampai didaerah Maluku sehingga terjadi pertentangan antara kedua negara tersebut.

Pertentangan tersebut dapat diselesaikan dengan diadakan perjanjian Saragosa pada tahun 1526 yang isinya :
a) Bumi ini dibagi atas dua pengaruh yaitu pengaruh bangsa Spanyol dan bangsa Portugis
b) Wilayah kekuasaaan Spanyol dari Meksiko ke arah barat sampai ke kepulauan Filipina dan wilayah kekuasaan Portugis dari Brazilia ke arah timur sampai ke kepulauan Maluku.

Dengan adanya perjanjian Saragosa tersebut berarti :
a) Spanyol harus meninggalkan Maluku dan melakukan perdagangan di Filipina
b) Portugis tetap melakukan perdagangan di Maluku.
Melalui perjanjian tersebut Spanyol harus kembali ke Filipina dan Portugis menguasai Maluku.

Tujuan kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol ke Indonesia :
a) Mencari kekayaan berupa rempah – rempah (Gold/ Emas)
b) Mencari daerah jajahan (Glory/ Kejayaan)
c) Menyebarkan agama Nasrani (Gospel/ Injil)
Tiga tujuan ini sering dikenal dengan Tiga (3) G, yang merupakan ciri imperialisme kuno.


2. PROSES DAN TUJUAN KEDATANGAN BANGSA INGGRIS KE INDONESIA.
Ekspedisi Inggris untuk menguasai perdagangan dipelopori oleh kongsi dagangnya yaitu EIC (East Indian Company/ Kongsi Dagang India Timur), yang memperoleh hak khusus dari pemerintah Ingggris untukmenangani perdagangan di Asia. Akhir abad ke-16 EIC mengadakan hubungan dagang dengan kesultanan Aceh, Jayakarta, Banjar, Gowa dan Maluku. Tetapi secara umum Inggris mengalami kegagalan dalam menanamkan pengaruhnya di Indonesia.


3. PROSES DAN TUJUAN KEDATANGAN BANGSA BELANDA KE INDONESIA.
Kedatangan Belanda ke Indonesia dilatarbelakangi adanya perang 80 tahun Belanda dan Spanyol 1568 – 1648 yang menyebabkan kota Lisabon (Portugal) tertutup bagi kapal Belanda, karena saat itu Portugis dibawah kekuasaan Spanyol serta adanya petunjuk jalan ke Indonesia dari Jan Hyugen van Linscoten.
Ekspedisi Belanda ke Indonesia pertama kali dipimpin oleh Cournelis de Houtman (1596) dan Pieter de Kaizer yang mendarat di Banten. Pada awal kedatanganya disambut oleh kerajaan Banten dengan alasan dapat meramaikan perdagangan di Banten, tetapi karena sikap rombongan Belanda yang tidak baik, sombong, kasar akhirnya oleh kerajaan Banten diusir.
Pada tahun 1598 mendarat kapal Belanda yang kedua dipimpin oleh Jacob van Neck yang berlabuh di Banten. Kedatanganya disambut baik, sejak itu kapal – kapal dagang Belanda ke Indonesia. Untuk menghindari persaingan di antara pedagang di Belanda maka dibentuklah VOC (Verenigde Oast Indiche Compacnie) tahun 1602, atas usul Johan Van Oldebarnevelt.

Tujuan VOC di Indonesia :
a) Menghilangkan persaingan di antara pedagang Belanda
b) Menghadapi persaingan pedagang bangsa Eropa lainya
c) Mencari keuntungan
d) Memonopoli perdagangan
e) Menguasai kerajaan – kerajaan dan pelabuhan penting di Indonesia

Pemerintah Belanda memberi hak khusus kepada VOC yang disebut Hak Oktroy, antara lain:
a) Hak monopoli perdagangan
b) Hak memiliki tentara, pengadilan, dan mengumumkan perang
c) Mencetak mata uang sendiri dan mengedarkanya
d) Hak mengadakan perjanjian dengan penguasa setempat atas nama pemerintah Belanda
e) Hak mendirikan Benteng
Pada mulanya kedatangan Belanda adalah berdagang akan tetapi tujuan ini kemudian berubah setelah keberhasilan ekspedisi pelayaran Belanda di bawah pimpinan Jacob Van Neck pada tahun 1598 yang selanjutnya disusul dengan berlomba – lomba pedagang – pedagang Belanda ke Indonesia. Untuk menghindari persaingan perdagangan di antara pedagang Belanda sendiri sehingga pada tahun 1602 dibentuklah VOC atau Serikat Dagang Hindia Timur yang menjadi lembaga pemerintahan sekaligus perdagangan yang otonom di wilayah jajahan. VOC dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal. Gubernur Jenderal VOC pertama adalah Pieter Both. Langkah pertama yang dilakukan menentukan pusat kedudukan VOC di Ambon.
Ketika Gubernur Jenderal VOC dijabat oleh J.P. Coen berhasil merebut Jayakarta (dengan menghasut penguasa Banten Ranamanggala untuk memecat pangeran Jayakarta dan menutup ijin dagang EIC) sejak 31 mei 1619 VOC memperoleh hak penuh atas Jayakarta dan nama itu dirubah menjadi Batavia.
J.P. Coen menjalankan monopoli dengan kekerasan dan yang paling menderita rakyat Maluku karena adanya peraturan monopoli yang isinya :
1) Tempat menanam rempah – rempah ditentukan kompeni
2) Jumlah tanaman rempah – rempah ditentukan kompeni
3) Rakyat Maluku dilarang menjual rempah – rempah selain kepada kompeni.
Untuk mengawasi pelaksanaan monopoli dilakukan pelayaran Hongi yaitu : pelayaran dengan menggunakan kapal kora – kora yang dipersenjatai guna mengawasi pelaksanaan monopoli. Rakyat yang melanggar aturan monopoli dihukum Extirpasi yaitu : hak untuk memusnahkanpohon rempah – rempah yang melebihi ketentuan.
Langkah pertama VOC dalam mencapai tujuan adalah merebut Maluku dari kekuasaan Portugis. Pada tahun 1605 VOC berhasil merebut benteng Victoria di Ambon yang menjadi tonggak pertama penjajahan Belanda di Indonesia. Selanjutnya pemerintah Belanda mengangkat Pieter Both sebagai gubernur jenderal VOC tahun 1609. Ketika VOC dipimpin oleh J.P. Coen, Jayakarta berhasil direbut tahun 1619 dan mengubah namanya menjadi Batavia yang dijadikan sebagai pusat kekuasaan dan pemerintahan VOC.

1.2 Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Kolonial di Indonesia

1. Kebijakan Bidang Ekonomi
a. Masa Herman Williem Daendles
Menjual tanah-tanah milik Gubernemen kepada pihak Partikelir karena kesulitan keungan akibat peperangan melawan koalisi pimpinan Inggris
b. Masa Thomas Stamford Raffles
Kebijakan ekonomi liberal berdasarkan asas liberal yang disebut Landrent System (Sistem sewa tanah), ia berpendirian bahwa semua tanah adalah milik raja yang berdaulat (Inggris saat itu)
Karena adanya kesulitan keungan, Raffles bertindak sperti Daendels yaitu menerapkan wajib kerja dan mewajibkan peungutan yang pernah dihapus
c. Masa Pemerintahan Hindia Belanda
Van Den Bosh mengusulkan kebijakan Culturstelsel (Sistem Tanam Paksa) tahun 1830, kebijakan ini menadai kembalinya sistem paksaan dan monopoli yang dijalankan pada masa VOC (Verplichte Laverantien).
Diberlakukannya politik pintu terbuka, yaitu pemerintah Belanda membuka kesempatan kepada pihak swasta utnuk menanamkan modalnya di Indonesia.

2. Kebijakan di Bidang Politik
a. Masa Herman Williem Daendles, untuk mengimbangi besarnya ancaman Inggris di Pulau Jawa meka diterapkan kebijakan :
Merekrut banyak orang Indonesia untuk dijadikan tentara
Membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya
Membangun jalan raya dari Anyer sampai Panarukan dengan kerja rodi.
b. Masa Thomas Stamford Raffles
Membagi pulau Jawa menjadi 16 Karesidenan dan tiap-tiap Karesidenan dibentuk badan pengadilan (Landrate)
c. Masa Pemerintahan Hindia Belanda
Memperluas pengaruh dan kekuasaannya ke seluruh wilayah Indonesia, antara lain : Lampung, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara

3. Kebijakan di Bidang Sosial Budaya
a. Masa Herman Williem Daendles
b. Masa Thomas Stamford Raffles
Memberikan bantuan kepada para ahli pengetahuan seperti Horsfield, Craworfd dan Mackensie untuk menyelidiki peninggalan sejarah kuno di Indonesia
Membantu lembaga-lembaga kebudayaan, seperti Lembaga Betawi, untuk memajukan kebudayaannya
Menerbitkan buku History of Java tahun 1817
c. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

Pengaruh Kebijakan Pemerintah Kolonial di Indonesia
1. Pengaruh terhadap Kehidupan Ekonomi
Kemiskinan dan kemelaratan timbul dimana-mana karena rakyat tidak memiliki kesempatan untuk mengerjakan sawah, ladang dan peternakan mereka sendiri
Terjadinya penyimpangan kebijakan tanam paksa, diberbagai daerah seperti Demak, Purwodadi dan Cirebon banyak terjadi kelaparan.
2. Pengaruh terhadap Kehidupan Politik
Pemerintah lokal tidak lagi memiliki kekuasaan yang besar karena sering dicampuri pemerintah kolonial
Penguasa lokal tidak jarang kehilangan sebagian atau seluruh haknya atas suatu daerah
3. Pengaruh terhadap Kehidupan Sosial
Pejabat lokal yang dulu sangat berkuasa hanya menjadi pengawai pemerintah kolonial, sehingga derajat mereka seakan-akan turun di mata rakyat.
Muncul suatu kelompok masyarakat berdasarkan golongan yaitu kelompok masyarakat Eropa (Kolonial), kelompok masyarakat bangsawan dan kelompok masyarakat jelata.
4. Pengaruh terhadap Kehidupan Budaya
Tradisi barat berkembang dalam masyarakat pribumi, seperti dansa di kalangan bangsawan
Banyak tradisi kerajaan lokal yang luntur setelah campur tangan Belanda
Adanya tradisi lokal yang berakulturasi dengan budaya barat (Belanda), yang membentuk kebudayaan baru yang disebut kebudaay Indis.

D. Pemerintahan kolonial di Indonesia

1. Masa pemerintahan Daendels
Herman Williem Daendles (1762 – 1818)
Ditunjuk oleh : Raja Louis Napoleon
Menjadi : Gubernur Jenderal di Indonesia
Mendapat Julukan : Marsekal Besi
Jenderal Guntur Mas Kalak
Tugas Pokok Daendles : Mempertahankan Pulau Jawa agar tidak jatuh
ke tangan Inggris
Sebab dicopot dari jabatan : Tidak mengindahkan tata sopan santun (1911)
Pengganti : Jan Williem Jansen

2. Masa Pemerintahan Raffles
Dalam menjalankan kebijakannya, Raffles berpatokan pada 3 hal, yaitu:
a. Segala bentuk dan penyerahan wajib maupun pekerjaan rodi dihapuskan
b. Sewa tanah sedapat mungkin dibayar dengan uang, kalau tidak memungkinkan baru dibayar dengan uang (innatura)
c. Memberlakukan kebijakan ekonomi yaitu sistem pajak tanah (Landrent System)

3. Masa Pemerintahan Hindia – Belanda
Pada tahun 1830 kebijakan politik liberal berubah ke arah Koservatis. Alasan ditinggalkannya kebijakan liberal :
a. Tidak sesuai dengan sistem feodal
b. Hasil perdagangan ekspor masih kalah bersaing dengan Inggris
c. Pemerintah mengalami defisit keuangan akibat perang Jawa (perang Diponegoro)
d. Kemerdekaan Belgia dari Belanda tahun 1830 semakin mempersulit perekonomian bangsa tersebut

Pencetus tanam paksa (Culture Stelsel) yaitu Gubernur Jendral Van Den Bosch.
Pokok-pokok kebijakan tanam paksa :
• Rakyat diwajibkan menyerahkan seperlima dari lahan garapannya untuk ditanami tanaman wajib, yaitu tanaman yang berkualitas Ekspor
• Lahan untuk tanaman wajib dibebaskan dari pajak Tanah
• Hasil Panen tanaman wajib harus diserahkan kepada pemerintah kolonial
• Rakyat yang tidak memiliki tanah wajib, harus bekerja selama 66 hari dalam 1 tahun
• Kegagalan panen akan ditanggung pemerintah
• Penggarapan diawasi langsung oleh penguasa Pribumi
Namun dalam kebijakan itu terdapat penyimpangan antara lain :
• Tanah yang diserahkan untuk ditanami tanaman ekspor lebih dari seperlimanya bahkan kadang-kadang setengahnya
• Tanah yang dipilih untuk tanaman ekspor adalah tanah yang subur
• Rakyat yang tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi waktu yang ditentukan (lebih dari 66 hari) tidak digaji dan harus membawa bekal sendiri
• Lahan untuk tanaman ekspor tetap dikenakan pajak
• Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus dibayar tidak dibayarkan kembali kepada rakyat.
• Kegagalan panen menjadi tanggungan rakyat
Selain itu peraturan Cultur Procetan mengundang praktek penyelewenangan sehingga mengundang protes. Salah satunya adalah Douwes Dekker lewat bukunya Max Havelaar.

Pada tahun 1870 sistem tanam paksa dihapuskan dan diterapkan politik pintu terbuka. Berkenaan dengan itu, Belanda oleh STATEN GENERAL (Parlemen Belanda) mengeluarkan UU Agraria (tahun 1870). Wilayah yang menjadi kawasan pemberlakuan UU Agraria :

1. Sumatra Timur
Keterlibatan Belanda dalam bidang ekonomi diawali oleh Jacobus Nienuys, Deli, Serdang, Kangkat menjadi perkebunan yang membujur menyusuri pantai Sumatra Timur sepanjang 200 km dalam 25 tahun. Keadaan tidak berubah sejak akhir tahun 1880.
2. Jawa Timur dan Jawa Tengah
Perkebunan gula, teh, tembakau tahun 1870 dan 1885.

1.3 Sejarah dan Asal Usul Pulau - Pulau Besar Nusantara
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara).Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006,Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia

Pulau Sumatera


Sumatera – Pulau Emas
Dalam berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta: Suwarnadwipa (“pulau emas”) atau Suwarnabhumi (“tanah emas”). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Sumatera juga dikenal sebagai pulau Andalas.
Pada masa Dinasti ke-18 Fir’aun di Mesir (sekitar 1.567SM-1.339SM), di pesisir barat pulau sumatera telah ada pelabuhan yang ramai, dengan nama Barus. Barus (Lobu Tua – daerah Tapanuli) diperkirakan sudah ada sejak 3000 tahun sebelum Masehi. Barus dikenal karena merupakan tempat asal kapur barus. Ternyata kamper atau kapur barus digunakan sebagai salah satu bahan pengawet mummy Fir’aun Mesir kuno.
Di samping Barus, di Sumatera terdapat juga kerajaan kuno lainnya. Sebuah manuskrip Yahudi Purba menceritakan sumber bekalan emas untuk membina negara kota Kerajaan Nabi Sulaiman diambil dari sebuah kerajaan purba di Timur Jauh yang dinamakan Ophir. Kemungkinan Ophir berada di Sumatera Barat. Di Sumatera Barat terdapat gunung Ophir. Gunung Ophir (dikenal juga dengan nama G. Talamau) merupakan salah satu gunung tertinggi di Sumatera Barat, yang terdapat di daerah Pasaman. Kabarnya kawasan emas di Sumatera yang terbesar terdapat di Kerajaan Minangkabau. Menurut sumber kuno, dalam kerajaan itu terdapat pegunungan yang tinggi dan mengandung emas. Konon pusat Kerajaan Minangkabau terletak di tengah-tengah galian emas. Emas-emas yang dihasilkan kemudian diekspor dari sejumlah pelabuhan, seperti Kampar, Indragiri, Pariaman, Tikus, Barus, dan Pedir. Di Pulau Sumatera juga berdiri Kerajaan Srivijaya yang kemudian berkembang menjadi Kerajaan besar pertama di Nusantara yang memiliki pengaruh hingga ke Thailand dan Kamboja di utara, hingga Maluku di timur.
Kini kekayaan mineral yang dikandung pulau Sumatera banyak ditambang. Banyak jenis mineral yang terdapat di Pulau Sumatera selain emas. Sumatera memiliki berbagai bahan tambang, seperti batu bara, emas, dan timah hitam. Bukan tidak mungkin sebenarnya bahan tambang seperti emas dan lain-lain banyak yang belum ditemukan di Pulau Sumatera. Beberapa orang yakin sebenarnya Pulau Sumatera banyak mengandung emas selain dari apa yang ditemukan sekarang. Jika itu benar maka Pulau Sumatera akan dikenal sebagai pulau emas kembali.

PULAU  JAWA

Jawa – Pulau Padi
Dahulu Pulau Jawa dikenal dengan nama JawaDwipa. JawaDwipa berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “Pulau Padi” dan disebut dalam epik Hindu Ramayana. Epik itu mengatakan “Jawadwipa, dihiasi tujuh kerajaan, Pulau Emas dan perak, kaya dengan tambang emas”, sebagai salah satu bagian paling jauh di bumi. Ahli geografi Yunani, Ptolomeus juga menulis tentang adanya “negeri Emas” dan “negeri Perak” dan pulau-pulau, antara lain pulau Iabadiu yang berarti Pulau Padi.
Ptolomeus menyebutkan di ujung barat Iabadiou (Jawadwipa) terletak Argyre (kotaperak). Kota Perak itu kemungkinan besar adalah kerajaan Sunda kuno, Salakanagara yang terletak di barat Pulau Jawa. Salakanagara dalam sejarah Sunda (Wangsakerta) disebut juga Rajatapura. Salaka diartikan perak sedangkan nagara sama dengan kota, sehingga Salakanagara banyak ditafsirkan sebagai Kota perak.
Di Pulau Jawa ini juga berdiri kerajaan besar Majapahit. Majapahit tercatat sebagai kerajaan terbesar di Nusantara yang berhasil menyatukan kepulauan Nusantara meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina. Dalam catatan Wang Ta-yuan, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Selain itu, catatan kunjungan biarawan Roma tahun 1321, Odorico da Pordenone, menyebutkan bahwa istana Raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.
Menurut banyak pakar, pulau tersubur di dunia adalah Pulau Jawa. Hal ini masuk akal, karena Pulau Jawa mempunyai konsentrasi gunung berapi yang sangat tinggi. Banyak gunung berapi aktif di Pulau Jawa. Gunung inilah yang menyebabkan tanah Pulau Jawa sangat subur dengan kandungan nutrisi yang di perlukan oleh tanaman.
Raffles pengarang buku The History of Java merasa takjub pada kesuburan alam Jawa yang tiada tandingnya di belahan bumi mana pun. “Apabila seluruh tanah yang ada dimanfaatkan,” demikian tulisnya, “bisa dipastikan tidak ada wilayah di dunia ini yang bisa menandingi kuantitas, kualitas, dan variasi tanaman yang dihasilkan pulau ini.”
Kini pulau Jawa memasok 53 persen dari kebutuhan pangan Indonesia. Pertanian padi banyak terdapat di Pulau Jawa karena memiliki kesuburan yang luar biasa. Pulau Jawa dikatakan sebagai lumbung beras Indonesia. Jawa juga terkenal dengan kopinya yang disebut kopi Jawa. Curah hujan dan tingkat keasaman tanah di Jawa sangat pas untuk budidaya kopi. Jauh lebih baik dari kopi Amerika Latin ataupun Afrika.
Hasil pertanian pangan lainnya berupa sayur-sayuran dan buah-buahan juga benyak terdapat di Jawa, misalnya kacang tanah, kacang hijau, daun bawang, bawang merah, kentang, kubis, lobak, petsai, kacang panjang, wortel, buncis, bayam, ketimun, cabe, terong, labu siam, kacang merah, tomat, alpokat, jeruk, durian, duku, jambu biji, jambu air, jambu bol, nenas, mangga, pepaya, pisang, sawo, salak,apel, anggur serta rambutan. Bahkan di Jawa kini dicoba untuk ditanam gandum dan pohon kurma. Bukan tidak mungkin jika lahan di Pulau Jawa dipakai dan diolah secara maksimal untuk pertanian maka Pulau Jawa bisa sangat kaya hanya dari hasil pertanian.

PULAU KALIMANTAN


Kalimantan – Pulau Lumbung energi
                 Dahulu nama pulau terbesar ketiga di dunia ini adalah Warunadwipa yang artinya Pulau Dewa Laut. Kalimantan dalam berita-berita China (T’ai p’ing huan yu chi) disebut dengan istilah Chin li p’i shih. Nusa Kencana” adalah sebutan pulau Kalimantan dalam naskah-naskah Jawa Kuno. Orang Melayu menyebutnya Pulau Hujung Tanah (P’ulo Chung). Borneo adalah nama yang dipakai oleh kolonial Inggris dan Belanda.
Pada zaman dulu pedagang asing datang ke pulau ini mencari komoditas hasil alam berupa kamfer, lilin dan sarang burung walet melakukan barter dengan guci keramik yang bernilai tinggi dalam masyarakat Dayak. Para pendatang India maupun orang Melayu memasuki muara-muara sungai untuk mencari lahan bercocok tanam dan berhasil menemukan tambang emas dan intan di Pulau ini.
Di Kalimantan berdiri kerajaan Kutai. Kutai Martadipura adalah kerajaan tertua bercorak Hindu di Nusantara. Nama Kutai sudah disebut-sebut sejak abad ke 4 (empat) pada berita-berita India secara tegas menyebutkan Kutai dengan nama “Quetaire” begitu pula dengan berita Cina pada abat ke 9 (sembilan) menyebut Kutai dengan sebutan “Kho They” yang berarti kerajaan besar. Dan pada abad 13 (tiga belas) dalam kesusastraan kuno Kitab Negara Kertagama yang disusun oleh Empu Prapanca ditulis dengan istilah “Tunjung Kute”. Peradaban Kutai masa lalu inilah yang menjadi tonggak awal zaman sejarah di Indonesia.
Kini Pulau Kalimantan merupakan salah satu lumbung sumberdaya alam di Indonesia memiliki beberapa sumberdaya yang dapat dijadikan sebagai sumber energi, diantaranya adalah batubara, minyak, gas dan geothermal.Yang luar biasa ternyata Kalimantan memiliki banyak cadangan uranium yang bisa dipakai untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Disamping itu Kalimantan juga memiliki potensi lain yakni sebagai penyedia sumber energi botani atau terbaharui. Sumber energi botani atau bioenergi ini adalah dari CPO sawit. Pulau Kalimantan memang sangat kaya.

PULAU SULAWESI



Sulawesi – Pulau besi

              Nama Sulawesi konon berasal dari kata ‘Sula’ yang berarti pulau dan ‘besi’. Pulau Sulawesi sejak dahulu adalah penghasil bessi (besi), sehingga tidaklah mengherankan Ussu dan sekitar danau Matana mengandung besi dan nikkel. Di sulawesi pernah berdiri Kerajaan Luwu yang merupakan salah satu kerajaan tertua di Sulawesi. Wilayah Luwu merupakan penghasil besi. Bessi Luwu atau senjata Luwu (keris atau kawali) sangat terkenal akan keampuhannya, bukan saja di Sulawesi tetapi juga di luar Sulawesi. Dalam sejarah Majapahit, wilayah Luwu merupakan pembayar upeti kerajaan, selain dikenal sebagai pemasok utama besi ke Majapahit, Maluku dan lain-lain.
1. Pengertian Kolonialisme
Kolonialisme adalah suatu usaha untuk melakukan system permukiman warga dari suatu Negara diluar wilayah Negara induknya atau Negara asalnya.
2. Pengertian Imperialisme
Imperialisme adalah usaha memperluas wilayah kekuasaan atau jajahan untuk mendirikan imperium atau kekaisaran.
a. Dibidang Ilmu Pengetahuan
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan ditandai dengan munculnya teori heliosentris (tata surya) oleh Nicolaus Copernicus, seorang ahli ilmu pasti dan astronomi dari Polandia. Muncul pada tahun 1543 menjelaskan bahwa matahari sebagai pusat dari seluruh benda-benda antariksa dan bentuk bumi seperti bola. Pengalaman Marco Polo dari Venesia (Italia)
b. Di Bidang Teknologi
c. Di Bidang Sosial Ekonomi

1. Bangsa Portugis dan Spanyol
Bangsa Spanyol mulai menjelajahi samudera kea rah Timur pada abad 15-16.
•Vasco da Gama (1497-1498)
•Bartholomeus Diaz (1486)
•Pedro Alvares Cabrel (1500)
•Alfonso d’Albuquerque (1505)
•Franciscus Xaverius (1550)
•Cristophorus Columbus(1492)
•Magellan – del Cano (1519)
•Ferdinand Cortez (1519)
•Francisco Pizarro (1522-1532)

2. Bangsa Inggris
Pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I, sekitar tahun 1607, telah terjadi perpindahan penduduk secara besar-besaran dari Inggris ke Amerika Utara. Pelaut Inggris yang terkenal adalah Sir Francis Drake (1577-1580).

3. Bangsa Belanda
Pelaut Belanda, yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman, mengikuti  jejak pelaut Eropa lainnya dalam menelusuri daerah-daerah sepanjang pantai barat Afrika dan Asia Selatan, serta berhasil mendarat di pelabuhan Banten pada tahun 1596. Berdirinya VOC pada tahun 1602.

4. Bangsa Perancis
Beberapa alasan penjelajahan samudera yang dilakukan oleh bangsa adalah sebagai berikut.
a.  Mencari daerah penghasil rempah-rempah secara langsung.
b.  Mencari harta, serta mencari emas dan perak (gold).
c.  Menyebarkan agama Nasrani (gospel).
d.  Mencari keharuman nama, kejayaan, dan kekuasaan.
Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia
       Bentuk praktik Kolonialisme dan Imperialisme seperti menguasai perdagangan secara tunggal (monopoli) dan merampas atau menjelajah suatu negeri.
1. Bangsa Portugis Menjajah Indonesia
Pada tahun 1512, bangsa Portugis yang dipimpin oleh Fransisco Serrao mulai berlayar menuju Kepulauan Maluku. Bahkan pada tahun 1521, Antonio de Brito diberi kesempatan untuk mendirikan kantor dagang dan beneng Santo Paolo di Ternate sebagai tempat berlindung dari serangan musuh. Orang-orang Portugis yang semula dianggap sebagai sahabat rakyat ternate berubah menjadi pemeras dan musuh.
2. Bangsa Spanyol Menjelajah Indonesia
Pelaut Spanyol berhasil mencapai Kepulauan Maluku pada tahun 1521 setelah terlebih dahulu singgah di Filipina disambut baik oleh rakyat Tidore. Bangsa Spanyol dimanfaatkan oleh rakyat Tidore untuk bersekutu dalam melawan rakyat Ternate. Maka pada tahun 1534, diterbitkan perjanjian Saragosa (tahun 1534) yang isinya antara lain pernyataan bahwa bangsa Spanyol memperoleh wilayah perdagangan di Filipina sedangkan bangsa Portugis tetap berada di Kepulauan Maluku.
3. Bangsa Belanda Menjajah Indonesia
Proses penjajahan bangsa Belanda terhadap Indonesia memakan waktu yang sangat lama, yaitu mulai dari tahun 1602 sampai tahun 1942. Penjelajahan bangsa Belanda di Indonesia, diawali oleh berdirinya persekutuan dagang Hindia Timur atau Vereenigde Oost Indische Campagnie (VOC).

a.   Masa VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie)
      Penjelajahan Belanda, Cornelisde Houtman, mendarat kali pertama di Indonesia pada tahun 1596. Pada tahun 1598, bangsa Belanda mendarat di Banten untuk kali kedua dan dipimpin oleh Jacob Van Neck. Upaya Inggris untuk mengatasi persaingan dagang yang semakin kuat diantara sesame pendatang dengan mendirikan dan menyaingi persekutuan dagang Inggris di India dengan nama East India Company (EIC). Pada tahun 1619, kedudukan VOC dipindahkan ke Batavia (sekarang Jakarta) dan diperintah oleh Gubernur Jenderal Jan Pieter Zoon Coen ditujukan untuk merebut daerah dan memperkuat diri dalam persaingan dengan persekutuan dagang milik Inggris (EIC) yang sedang konflik dengan Wijayakrama (penguasa Jayakarta) disebut sebagai “zaman kompeni”. VOC memperoleh piagam (charter), secara umum, menyatakan bahwa VOC diberikan hak monopoli dagang di wilayah sebelah timur Tanjung Harapan. Pada abad ke-18, VOC mengalami kemunduran dan tidak dapat melaksanakan tugas dari pemerintah Belanda. Factor penyebab kemunduran VOC adalah sebagai berikut :
1)   Banyaknya jumlah pegawai VOC yang korupsi.
2)   Rendahnya kemampuan VOC dalam memantau monopoli perdagangan.
3) Berlangsungnya perlawanan rakyat secara terus-menerus dari berbagai daerah di Indonesia.
Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC resmi dibubarkan dan pemerintah Belanda (saat itu republic Bataaf) mencabut hak-hak VOC. Pada tahun 1806, terjadi perubahan politik di Eropa hingga republic Bataaf dibubarkan dan berdirilah Kerajaan Belanda yang diperintah oleh Raja Louis Napoleon.

b.   Masa Deandels (1808-1811)
      Belanda pada saat itu, mengangkat Herman Willem Daendels (1808) sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda. Daendels dikenal sebagai penguasa yang disiplin dank eras sehingga mendapatkan sebutan “Marsekal Besi” atau “jenderal Guntur”. Langkah-langkah yang ditempuh Daendels

1)  Melakukan pembangunan fisik
(a)    Membangun pabrik senjata.
(b)   Membangun benteng pertahanan.
(c)    Menarik penduduk pribumi untuk menjadi tentara.
(d)   Membangun pangkalan armada laut di Anyer dan Ujung Kulon.
(e)    Membangun jalan raya dari Anyer (Banten) sampai Panarukan (Jawa Timur) sepanjang 1.000 km, yang kemudian terkenal dengan sebutan “Jalan Raya Daendels”.

2)  Melakukan pembangunan ekonomi
(a)    Memungut pajak hasil bumi dari rakyat (contingenten).
(b)   Menjual tanah negara kepada pihak swasta asing.
(c)    Mewajibkan rakyat Priangan untuk menanam kopi (Preanger Stelsel).
(d)   Mewajibkan rakyat pribumi untuk menjual hasil panennya kepada Belanda dengan harga murah (verplichte leverentie).
Akhirnya, pada tahun 1811, Herman Willem Daendels digantikan oleh Gubernur Jenderal Janssens.

c.    Masa Janssens
       Tugas sebagai Gubernur Jenderal, Janssens ternyata tidak secakap Daendels (baik dalam memerintah maupun dalam mempertahankan wilayah Indonesia). Janssens ternyata tidak siap untuk mengimbangi kekuatan dan serangan Inggris, sehingga Janssens menyerah pada 18 September 1811 dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian di Tuntang (Salatiga).
4. Bangsa Inggris Menjajah Indonesia (1811-1816)
Pemerintah Inggris mulai menguasai Indonesia sejak tahun 1811 pemerintah Inggris mengangkat Thomas Stamford Raffles (TSR) sebagai Gubernur Jenderal di Indonesia. Ketika TSR berkuasa sejak 17 September 1811, ia telah menempuh beberapa langkah yang dipertimbangkan, baik di bidang ekonomi, social, dan budaya. Penyerahan kembali wilayah Indonesia yang dikuasai Inggris dilaksanakan pada tahun 1816 dalam suatu penandatanganan perjanjian. Pemerintah Inggris diwakili oleh John Fendall, sedangkan pihak dari Belanda diwakili oleh Van Der Cappelen. Sejak tahun 1816, berakhirlah kekuasaan Inggris di Indonesia.

1.  Masa Sistem Tanam Paksa
Pemerintah Belanda untuk menutup kekosongan kas keuangan negara, satu di antaranya adlah dengan menerapkan aturan tanam Paksa (Cultuurstelsel). Tanam paksa berasal dari bahasa Belanda yaitu Cultuurstelsel (system penanaman atau aturan tanam paksa). Aturan tanam paksa di Indonesia adalah Johannes Van Den Bosch.

a.  Isi Aturan Tanam Paksa
1)  Tuntutan kepada setiap rakyat Indonesia agar menyediakan tanah pertanian untuk cultuurstelsel tidak melebihi 20% atau seperlima bagian dari tanahnya untuk ditanami jenis tanaman perdagangan.
2)  Pembebasan tanah yang disediakan untuk cultuurstelsel dari pajak, karena hasil tanamannya dianggap sebagai pembayaran pajak.
3)  Rakyat yang tidak memiliki tanah pertanian dapat menggantinya dengan bekerja di perkebunan milik pemerintah Belanda atau dipabrik milik pemerintah Belanda selama 66 hari atau seperlima tahun.
4)  Waktu untuk mengerjakan tanaman pada tanah pertanian untuk Culturstelseltidak boleh melebihi waktu tanam padi atau kurang lebih 3 (tiga) bulan
5)  Kelebihan hasil produksi pertanian dari ketentuan akan dikembalikan kepada rakyat
6)  Kerusakan atau kerugian sebagai akibat gagal panen yang bukan karena kesalahan petani seperti bencana alam dan terserang hama, akan di tanggung pemerintah Belanda
7)  Penyerahan teknik pelaksanaan aturan tanam paksa kepada kepala desa

b.  Pelaksanaan Aturan Tanam Paksa
Tanam paksa sudah dimulai pada tahun 1830 dan mencapai puncak perkembangannya hingga tahun 1850
Pada tahun 1860, menanam lada dihapuskan. Pada tahun 1865 dihapuskan untuk menanam nila dan the. Tahun 1870, hampir semua jenis tanaman yang ditanam untuk tanam paksa dihapuskan, kecuali tanaman kopi. Pada tahun 1917, tanaman kopi yang diwajibkan didaerah Prianganjuga dihapuskan.
c.  Dampak Aturan Tanam Paksa

d.  Reaksi terhadap Pelaksanaan Aturan Tanam Paksa
Antara tahun 1850-1860, terjadi perdebatan. Kelompok yang menyetujui terdiri dari pegawai-pegawai pemerintah dan pemegang saham perusahaanNetherlandsche handel maatsschappij (NHM). Pihak yang menentang terdiri atas kelompok dari kalangan agama dan rohaniawan
Pada tahun 1870, perekonomian Hindia Belanda (Indonesia) mulai memasuki zaman liberal hingga tahun 1900.

2.  Masa Liberalisme
Politik Pintu Terbuka di Indonesia berlangsung antara tahun 1870 hingga tahun 1900, periode ini disebut sebagai zaman berpaham kebebasan (liberalisme). Pemerintah Hindia Belanda memberlakukan peraturan seperti Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) dan Undang-undang Gula (Suiker Wet)
a.       Undang-undang Agararia (Agrarische Wet)
Undang Agraria berisi pernyataan bahwa semua tanah yang terdapat di Indonesia adalah milik pemerintah Hindia Belanda
b.      Undang-Undang Gula (Suiker wet)
Undang-undang gula berisi pernyataan bahwa hasil tanaman tebu tidak boleh diangkut ke luar wilayah Indonesiadan hasil panen tanaman tebu harus di proses di pabrik-pabrik gula dalam negeri
Pada akhir abad ke-19, ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia semakin maju, termasuk kemajuan dibidang kesehatan.

1.       Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Berbagai Daerah di Indonesia.
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtmen pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.
1.  Perlawanan Rakyat terhadap Portugis
Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dank e Kepulauan Maluku merupakan perintah dari negaranya untuk berdagang.
a.  Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuqauerquemenyerang Kerajaan Malaka. Untuk menyerang colonial Portugis di Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada Demak di bawah pimpinan Falatehan dapat menguasai Banten,Suda Kelapa, dan Cirebon. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Falatehan dan ia kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (Jakarta)
b.  Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis
Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut gagal karena Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1629.
c.  Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis
Bangsa Portugis kali pertama mendarat di Maluku pada tahun 1511. Kedatangan Portugis berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Tertnate merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun  dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.

2. Perlawanan Rakyat terhadap Belanda (VOC)
Persekutuan dagang Hindia Timur milik pemerintah Belanda di Indonesia adalah Vereenigde oost Indische Compagnie (VOC) yang berdiri tahun 1602.

a.  Perlawanan Rakyat Mataram
1)  Perlawanan Rakyat Mataram Pertama
Dilakukan pada bulan Agustus 1628 yang dipimpin oleh Tumenggung Bahurekso.
2)  Perlawanan Rakyat Mataram Ke dua
Dilaksanakan tahun 1629 dan dipimpin oleh Dipati Puger dan Dipati Purbaya. Pasukan Mataram tetap menyerbu Batavia dan berhasil menghancurkan benteng Hollandia, dilanjutkan ke benteng Bommel tetapi belum berhasil.
3)  Perlawanan Trunojoyo
Sultan Agung Hanyakrakusuma wafat pada tahun 1645, kedudukannya digantikan oleh putranya yang bergelar Susuhunan Amangkurat I. tahun 1674 meletuslah pemberontakan rakyat yang dipimpin oleh Trunojoyo, putra Bupati Madura. Trunojoyo mendapat dukungan dari para pengungsi Makassar yang dipimpin Karaeng Galesong dan Montemarano mengakibatkan Amangkurat I terdesak dan melarikan diri untuk meminta bantuan kepada Belanda. Meninggal dunia di Tegalwangi (dekat kota Tegal). 1677, putra mahkota naik tahta sebagai raja Mataram dengan gelar Amangkurat II. Perjanjian kepada Belanda berupa Bandar di Semarang, hak perdagangan yang luas, seluruh daerah di Jawa Barat, disebelah selatan Batavia, dan pembayaran semua ongkos perang dengan jaminan beberapa Bandar di pantai utara pulau Jawa. Setelah Trunojoyo tertangkap dan dijatuhi hukum mati (tahun 1679), Kerajaan Mataram selalu mendapat pengaruh dari pemerintah Hindia Belanda.
4)  Perlawanan Untung Suropati
Untung Suropati adalah putra Bali yang menjadi prajurit kompeni di Batavia antara tahun 1686 sampai 1706, Untung Suropati dan kawan-kawannya menyingkir ke Mataram dan bekerja sama dengan Sunan Mas atau Amangkurat III untuk melakukan perlawanan terhadap Kompeni Belanda (VOC) dan dinobatkan menjadi Adipati dengan gelar Aria Wiranegara. Kekuasaan Untung Suropati meliputi Blambangan, Pasuruan, Probolinggo, Bangil, Malang, dan Kediri. 1705, Kompeni Belanda secara sepihak mengangkat pangeran Puger sebagai Sunan Pakubuwana I untuk menggantikan Amangkurat III atau Sunan Mas bergabung dengan Untung Suropati. 1706, wilayah pertahanan Untung Suropati diserbu oleh Kompeni Belanda. Untung Suropati gugur di Bangil dan Amangkurat III atau Sunan Mas tertangkap, diasingkan ke Sri Langka.
5)  Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said
Tahun 1749, Pangeran Mangkubumi (adik dari Pakubuwana II) bekerjasama dengan Mas Said (Pangeran Samber Nyawa) melakukan perlawanan terhadap pakubuwana II dan VOC. 1749, Pangeran Mangkubumi meninggalkan istana dan membentuk pasukan untuk melakukan perlawanan terhadap Pakubuwana II dan Kompeni Belanda (VOC), mengalahkan pasukan kompeni. Pada tahun 1751, pasukan kompeni yang dipimpin Mayor De Clerx, dapat dihancurkan. Perlawanan Mangkubumi dan Mas Said diakhiri dengan Perjanjian Giyanti (tahun 1755) dan Perjanjian Salatiga (tahun 1757).
 b.  Perlawanan Rakyat Banten
Perlawanan rakyat Banten dibangkitkan oleh Abdul Fatah (Sultan Ageng Tirtayasa) dan putranya Pangeran Purbaya. Tahun 1659, perlawanan rakyat Banten mengalami kegagalan. 1683, VOC menerapkan politik domba (devide et impera) antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya yang bernama Sulatan Haji. Sultan Haji yang dibantu oleh VOC dapat mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasa menghasilkan kompensasi. 1750, terjadi perlawanan rakyat banten terhadap Sultan Haji.

c.  Perlawanan Rakyat Makassar
Perlawanan terhadap kolonialisme Belanda dilakukan oleh Kerajaan Gowa dan Tallo, yang kemudian bergabung menjadi Kerajaan Makassar. Kerajaan Makassar, mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintah Sultan Hasanuddin tahun 1654-1669. Abad ke-17 Makassar menjadi pesaing berat bagi Kompeni VOC pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Setelah mendapatkan berdagang, VOC mulai menunjukkan perilaku dan niat utamanya, yaitu mulai mengajukan tuntutan kepada Sultan Hasanuddin. Pertempuran antara rakyat Makassar dengan VOC terjadi. Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633. Pada tahun 1654 diawali dengan perilaku VOC yang berusaha menghalang-halangi pedagang yang akan masuk maupun keluar Pelabuhan Makassar mengalami kegagalan. Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666-1667, pasukan kompeni dibantu olehpasukan Raja Bone (Aru Palaka) dan pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Angakatan laut VOC, yang dipimpin oleh Spleeman. Pasukan Aru Palaka mendarat din Bonthain dan berhasil mendorog suku Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin. Penyerbuan ke Makassar dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun 1667.
Factor penyebab kegagalan rakyat Makassar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan Hasanudin dengan Aru Palaka. Membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan terhadap VOC.

 d.  Perlawanan rakyat Maluku
1)  Perlawanan di Ternate
Pertama pada tahun 1635 yang dipimpin oleh Kakiali. 1646 kembali terjadi perlawanan rakyat Ternate terhadap VOC, yang dipimpin oleh Telukabesi. Pada tahun 1650, rakyat Ternate yang dipimpin olehSaidi mengalami kegagalan.
2)  Perlawanan di Tidore
Tidore dipimpin oleh Kaicil Nuku  atau  Sultan Nuku.  Perlawanan fisik dan perundingan berhasil mengusir Belanda, mengusir Kolonial Inggris dari Tidore.
3)  Perlawanan oleh Patimura
Bulan Mei 1817, meletus perlawanan rakyat Maluku di Saparua yang dipimpin oleh Thomas Mattulessy atau Kapitan Pattimura. Benteng kompeni Duurstede  di Saparua diserbu dan direbut rakyat Maluku. Meluas hingga ke Ambon dan ke pulau–pulau sekitarnya, dikuasai oleh Kapitan Pattimura, Anthony Rybok, Paulus-paulus Tiahahu, Martha Christina Tiahahu, Latumahina, Said Perintah dan Thomas Pattiwael, kewalahan perlawanan rakyat Pattimura pada tahun 1817 mendantangkan pasukan Kompeni dari Ambon yang dipimpin oleh kapten Lisnet.
Oktober 1817, menyerang rakyat Maluku secara besar-besaran, menangkap Kapitan Pattimura (tahun 1817) dihukum mati pada tanggal 16 Desember 1817.

2. Reaksi-reaksi Rakyat Indonesia Terhadap Kolonialisme Belanda dalam Bentuk Perang Besar
a.   Perang Padri (1821-1837)
Terjadi di Sumatera Barat atau di tanah Minangkabau. Perselisihan antara kaum Padri dengan kaum Adat yang kemudian mengundang campur tangan pihak Belanda.
Perang Padri pertama (tahun 1821-1825) dan perang Padri kedua (tahun 1830-1837)
1)  Perang Padri Pertama
Di kota Lawas, berkembang ke daerah lainnya seperti Alahan Panjang. Kaum Padri dipimpi oleh Datok Bandaro bertempur melawan kaum Adat yang dipimpin oleh Datuk Jati. Setelah Datuk Bandaro meninggal dunia, pucuk pimpinan dipegang oleh Malim Basa (Tuanku Imam Bonjol) dan dibantu oleh Tuanku Pasaman, Tuanku Nan Renceh, Tuanku Nan Cerdik, dan Tuanku Nan Gapuk. Tahun 1821, kaum Padri menyerbu pos Belanda di semawang dan mengacaukan kedudukan Belanda di daerah Lintau. Belanda membangun benteng nama Firt van der Capllen. Tahun 1822 didaerah Baso terjadi pertempuran antara Pasukan Padri yang dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh. 1823 terjadipertempuran lagi di Bonio dan Agam. Belanda dapat merebut benteng pertahanan kaum Padri. 1825, kedudukan Belanda mulai sulit karena harus berhadapan dengan kaum Padri dan juga harus menghadapi pasukan Diponegoro.
November 1825, Belanda dan Kaum Padri menandatangani perjanjian damai yang berisi tentang pengakuan Belanda atas beberapa daerah sebagai wilayah kaum Padri dan untuk sementara peperangan gelombang pertama berakhir.
2)  Perang Padri Gelombang ke Dua
1829, di daerah pariaman. 1830, kaum Adat mulai banyak membantu kaum Padri dan kedua kaum tersebut menyadari bahwa perlunya kerja sama. Perang antara rakyat Minangkabau melawan penjajah Belanda. 1831, penyerangan terhadap belanda di daerah Muarapalam. 1832, dipimpin oleh Tuanku Nan Cerdik dan Tuanku Imam Bonjol melakukan penyerangan pos Belanda di Mangopo. 1833, terjadi pertempuran besar di daerah Agam. 1834 hingga tahun 1835, pemerintah Belanda mulai mengepung benteng Bonjol. Tahun 1837, pasukan Belanda melakukan penyerangan terhadap benteng Bonjol. Pada tanggal 25 Oktkober 1837, benteng pertahanan Kota Bonjol jatuh ke tangan Belanda. Imam Bonjol diasingkan ke Cianjur, kemudian dipindahkan ke Minahasa hingga wafat dann dimakamkan di Pineleng.

b.  Perang Diponegoro
Di lingkungan istana terdapat golongan yang memihak Belanda, banyak juga yang menentang Kolonial Belanda, seperti Pangeran Diponegoro (putra Sultan Hamengku Buwono III). Kecurigaan yang berlebihan ini pada akhirnya menimbulkan permusuhan dan peperangan yang disebut perang Diponegoro.
1)  Penyebab Umum Perang Diponegoro
a.       Semakin menderitanya rakyat akibat kerja rodi dan berbagai macam pajak
b.      Semakin sempitnya wilayah Kerajaan Mataram akibat dikuasai Belanda.
c.       Selalu ikut campurnya Belanda dalam urusan pemerintahan Kerajaan Mataram.
d.      Masuknya budaya barat ke dalam keraton yang bertentangan dengan ajaran agama.
e.       Kecewanya kaum bangsawan akan aturan Van der Capellen yang melarang usaha perkebunan swasta di wilayah Kerajaan Mataram.
f.       Munculnya pejabat Kerajaan Mataram yang membantu pihak Belanda demi keuntungan pribadi.
2)  Penyebab Khusus Perang Diponegoro
Dipengaruhi oleh persoalan pribadi. Terjadi pada tahun 1825, tindakan sewenang-wenang Belanda yang telah memasang tonggak untuk membangun jalan raya yang melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro tanpa izin. Perang antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda dibantu oleh Kasunanan Surakarta, Mangkunegaran, dan Kesultanan Yogyakarta.
Menggungakann strategi atau siasat perang gerilya, pusat pertahanan yang selalu berpindah-pindah seperti di Gua Selarong, Dekso, lereng Gunung Merapi, dan Bagelan(Purworejo). Terbukti bahwa pada tahun 1825 sampai 1826, pasukan diponegoro memperoleh kemenangan hingga dapat merebut daerah Pacitan, Purwodadi, dan Klaten.
Penggungaan sistem Benteng Stelsel oleh Belanda mempersulit pergerakan pasukan Diponegoro dan hubungan komunikasi antar pasukan. Pada tahun 1828, Kiai Mojo bersedia untuk diajak berunding oleh pihak Belanda namun gagal dan justru ia ditangkap dan diasingkan ke Minahasa sampai wafat pada tahun 1849. Jendral De Kock mengajak berundingSentot Alibasa Prawirodirjo, Tetapi selalu mengalami kegagalan. Pada tahun 1829, Sentot Alibasa Prawirodirjo menyerah, ia dituduh memihak kaum Padri sehingga akhirnya ia diasingkan ke Cianjur dan kemudian  dipindahkan ke Bengkulu hingga wafat pada tahun 1855.
Pangeran Mangkubumi menyerah pada tahun 1829 dan putranya sendiri yang bernama Dipokusumo beserta patihnya menyerah pula pada tahun 1830. Jendral de kock ditanggapi positif oleh Pangeran Diponegoro dan disepakati bersama bahwa perundingan akan dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 1830 di kota Magelang. Pangeran Diponegoro dibawa ke Semarang dan Batavia kemudian diasingkan lagi ke Manado. Ia kembali dipindahkan ke Makassar hingga wafat pada tanggal 8 januari 1855.

c.   Perlawanan rakyat Aceh (1873-1904)
Aceh merupakan salah satu kerajaan di Indonesia yang kuat dan masih tetap bertahan hinga abad ke-19. berdasarkan Traktat London tahun 1824 bangsa Inggris dan Belanda yang sudah pernah berkuasa di Indonesia harus saling sepakat untuk menghormati keberadaan kerajaan Aceh.
Berdasarkan Perjanjian (Taktat) Sumatera tahun 1871 atau yang lebih dikenal dengan Traktat London ke-3, pihak Inggris melepas tuntutannya terhadap daerah Aceh. Kerajaan Aceh berusaha mencari bantuan ke Turki serta menghubungi Kedutaan Italia dan Kedutaan Amerika Serikat di Singapura. Sementara bantuan dari Turki belum datang, pada bulan Maret 1873, perangnya ke Kutaraja atau Banda Aceh di bawah pimpinan Jendral Kohler, berusaha merebut dan menduduki ibu kota dan Istana Kerajaan Aceh. Kerajaan Aceh berhasil, tetapi dalam pertempuran tersebut Jendral Kohler  tewas tertembak. Mengawali terjadinya perang Aceh yang berkepanjangan mulai tahun 1873 sampai 1904. pasukan Belanda melaksanakan operasi Konsentrasi Stelselsambil menggertak para pemimpin Aceh agar menyerah. Beberapa pimpinan utama Aceh seperti Teuku Cik Di Tiro, Cut Nya’ Din, Panglima Polim, dan Cut Meutia (bersama-sama dengan rakyat Aceh) untuk melancarkan serangan umum.
Pada bulan Desember 1873, Belanda mengirim pasukan perang ke Aceh dengan kekuatan 8.000 personil dibawah pimpinan Mayor Jendral Van Swiesten. Akan tetapi upaya Belanda untuk menawan Sultan Mahmud Syahbelum berhasil karena Sultan beserta para pejabat kerajaan telah menyingkir ke Luengbata. Setelah Sultan Mahmud Syah meninggal karena sakit, ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad Daudsyah.
Setelah Teuku Cik Di Tiro  sebagai pemimpin utama Aceh Wafat. Pucuk pimpinan dilanjutkan oleh Teuku Umar dan Panglima Polim. Pada tahun 1893, Teuku Umar beserta pasukannya memanfatkan kelengahan Belanda dengan tujuan mendapatkan senjata. Disambut baik dan mendapat gelar Teuku Johan pahlawan. Pada tahun 1896, Teuku Umar bergabung kembali dengan rakyat Aceh dengan membangun markas pertahanan Meulaboh.
Peristiwa Teuku Umar yang berhasil menyiasati Belanda dipandang sebagai kesalahan besar Deykerhoff sebagai gubernur militer. Digantikan olehJendral Van Heutsz. Belanda memeberi tugas kepada Dr. Snock Hurgronje untuk menyelidiki perilaku masyarakat Aceh. Dr. Snock Hurgronje  dalam menjalankan tugasnya menggunakan nama smaran, yaitu Abdul gafar.
Untuk mengalahkan Aceh, lebih cepat dan tepat, Belanda menggunakan Strategi sebagai berikut :
1.  menghancurkan dan menangkap seluruh  pemimpin dan ulama dari pusat
2.  membentuk pasukan gerak cepat (marschose marechausse)
3.  semua pemimpin dan ulama yang tertangkap harus menandatangani perjanjian
4. setelah melakukan operasi militer, Belanda mengikuti kegiatan perdamaian rehabilitasi (pasifikasi)
5.  bersikap lunak terhadap para bangsawan.
Atas usulan Dr. Snock Hurgronje, pemerintah Belanda memberi tugas kepda Jendral militer Van Heutsz. Pada tahun 1899, pasukan gerak cepat pimpinanVan Heutsz, is gugur pada tahun 1899. dilanjutkan oleh istrinya Cut Nya’ Din, tetapi kemudian tertangkap dan diasingkan ke Sumedang hingga akhir hayatnya.
Belanda menyandera keluarga raja dan keluarga Panglima Polim. Perlawanan Aceh berikutnya dilanjutkan oleh Cut Meutia, tetapi perlawanan ini dapat dipadamkan dan pada tahun 1904 perang Aceh dinyatakan berakhir.

d.  Perlawanan rakyat Bali
Keinginan Belanda untuk menguasai Bali dimualai sejak tahun 1841 dan seluruh raja di Bali dipaksa menandatangani perjanjian yang isinya agar raja di Bali mengakui dan tunduk kepada pemerintah Belanda.
Keinginan Belanda untuk menguasai Bali selalu tidak berhasil karena Bali masih bersifat konservatif (masih berlaku adat/ tradisi). Pada tahun 1844, kapal Belanda terdampar di pantai Buileleng dan dikenakan hukum tawan karang, yaitu selalu turut campur urusan kerajaan di Bali dengan mengajukan tuntutan dengan isi sebagai berikut.
1)      Membebaskan Belanda dari hukum Tawan Karang.
2)      Kerajaan Bali mengakui pemerintahan Hindia Belanda.
3)      Kerajaan Bali melindungi perdagangan milik pemerintah Belanda.
4)      Semua raja di bali harus tunduk terhadap semua perintah colonial Belanda.
5)      Sehingga pada tahun 1846 Belanda menyerang wilayah Bali Utara dan memaksa
Raja Buleleng untuk menandatangani perjanjian perdamaian
1)      Benteng Kerajaan Buleleng agar dibongkar.
2)      Pasukan Belanda ditempatkan di Buleleng.
3)      Biaya perang harus ditanggung oleh Raja Buleleng.
Pada tahun 1848, raja-raja di Bali tidak lagi mematuhi kehendak Belanda. Pos-pos pertahanan Belanda di Bali diserbu dan semua senjata dirampas oleh gusti Jelantik. Pada tahun 1849, pasukan belanda datang dari Batavia untuk menyerbu dan menguasai seluruh pantai Buleleng dan menyerbu benteng Jagaraga. Sejak runtuhnya Kerajaan Buleleng, perjuangan rakyat Bali mulai lemah. Meskipun demikian, Kerajaan Karangasem dan Klungkung masih berusaha melakukan perlawanan terhadap Belanda.

e.     Perlawanan Rakyat Palembang (1819-1825)
  Sultan Badaruddin dahulu pernah menjadi Sultan Palembang dan kemudian diturunkan secara paksa oleh pemerintah Inggris ketika masih berkuasa di Indonesia yaitu digantikan oleh Sultan Najamuddin. Tahun 1819 Sultan Badaruddin selalu menghalangi setiap kapal Belanda yang memasuki sungai Musi. Pada tahun 1821, Belanda dapat menguasai ibukota Palembang dan menangkap Sultan Badaruddin. Sultan Badaruddin diasingkan ke Ternate. Perlawanan rakyat Palembang sering terjadi pada tahun 1825.

f.     Perlawanan Rakyat Banjar (1859-1863)
Yang menjadi daya tarik Belanda untuk menguasai Kalimantan Selatan yang saat itu diperintah oleh Sultan Hidayat. Untuk menguasai Banjarmasin adalah dengan melakukan operasi militer pada tahun 1859. Dalam pertempuran itu, Sultan Hidayat tertangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Upaya Belanda untuk menguasai Banjamasin mengalami kesulitan rakyat berupa untuk mempertahankan wilayahnya dan setiap kapal Belanda yang memasuki pedalaman Banjarmasin (melalui Sungai Barito) akan dibakar oleh rakyat setempat. Pada tahun 1863, pasukan Belanda melancarkan serangan bertubi-tubi ke seluruh wilayah Banjarmasin, sehingga Pangeran Antasari gugur.

 g.   Perlawanan Rakyat Tapanuli (1878-1907)
Sekitar tahun 1873, bangsa Belanda mulai memasuki daerah Tapanuli Utara dengan alas an memadamkan aktivitas pejuang-pejuang Padri dan para pemimpin dari Aceh. Pada tahun 1878, Belanda mulai melancarkan gerakan militernya untuk menyerang daerah Tapanuli, sampai pada akhirnya meletuslah Perang Tapanuli. Perang Tapanuli yang diawali dengan operasi militer yang dilakukan oleh Jenderal Van Daalen di pedalaman Aceh tahun 1903-1904. Serdadu Belanda yang mulai berdatangan di daerah di Sumatera Utara dibendung oleh rakyat Tapanuli yang dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja XII.

4.  Gerakan - Gerakan Sosial

a.     Gerakan Protes Petani
Beberapa contoh gerakan protes yang terjadi di berbagai daerah,
1)        Pemberontakan di Ciomas, lereng Gunung Salak, Jawa Barat (tahun 1886) pimpinan Arfan dan Muhammad Idris.
2)        Pemberontakan di Condet, Jakarta (tahun 1913) pimpinan Entong Gendut, Maliki, dan Modern.
3)        Pemberontakan di Surabaya (tahun 11916) pimpinan Sadikin.
4)        Pemberontakan di Tangerang (tahun 1924) pimpinan Kaiin.
b.    Gerakan Ratu Adil
Ketika Kerajaan Kediri di Jawa Timur mengalami zaman kejayaan (1135-1157), pada masa Raja Jayabaya terkenal dengan ramalan-ramalannya yang dikumpulkan dalam suatu kitab berjudul Jongko Jangka Jayabaya. Gerakan ratu adil ini terdapat di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
c.    Gerakan Keagamaan
Perilaku bangsa Eropa bertentangan dengan agama islam serta kepercayaan yang dianut oleh sebagian besar penduduk pribumi sebagai berikut.
1)    Monopoli perdagangan
2)    Perbudakan atau kerja rodi.
3)    Penjelajahan atau merampas negeri.
4)    Praktik aturan tanam dan penyimpangannya.
5)    Pemerasan atau penarikan pajak yang tidak sesuai dengan kemampuan rakyat.
6)    Mabuk karena minuman keras dan gaya hidup mewah di atas penderitaan orang lain.

5.  Penyebaran Agama Protestan dan Katolik Pada Masa Kolonial

Masuk dan berkembangnya agama Katolik dan Protestan di Indonesia sudah mulai sejak abad ke-16. Penyebaran agama dilakukan oleh para petugas yang disebut missie atau misionaris, sedangkan penyebaran agama Kristen di Indonesia banyak dilakukan para petugas gereja yang disebut zending.
a.     Misionaris Portugis di Indonesia
Salah satu tujuan yang dilakukan para penjelajahan samudera adalah menyebarkan agama nasrani (gospel). Misionaris Portugis yang dikenal adalah Pater Fransiscus Xaverius dan Matteo Ricci. Fransiscus Xaverius adalah seorang misionaris yang mendarat di Maluku dan menyebarkan agama Katolik antara bulan Juni 1546 sampai April 1547.
b.    Zending Belanda di Indonesia
Pada zaman Belanda, para petugas/penyebar agama Kristen (zending) menyebarkan agama Protestan di Indonesia. Sebagai bentuk pengabdian social, para zending membangun sekolah-sekolah keagamaan dan menerjemahkan Injil ke dalam bahasa yang dipahami oleh masyarakat setempat. Yang berjasa menyebarkan agama Protestan antara lain Ludwig ingwer Nommensen, Sebastian Danckaarts, Andrian Hulseb, dan Hernius menyebarkan agama Protestan di daerah Maluku, Sangir Talaud, Timor, Tapanuli, sebagian di Pulau Jawa, serta di Tapanuli (Sumatera Utara) pada tahun 1861.

6.  Penyebaran Agama Islam Pada Masa Kolonial

Sejak Kerajaan Malaka dikuasai Portugis pada tahun 1511, para pedagang Islam yang berasal dari  Gujarat dan Persia mengubah haluan dari jalur perdagangan yang semula melalui Selat Malaka berubah menjadi Selat Sunda.

Meldisa copyright 2017

No comments:

Post a Comment

UA-91766887-1