Nama Pelajaran : Bahasa Indonesia ( Teks eksplanasi)
Kelas : VII – A
Kelompok : VI (6)
1.
Rida
FM.
2. Siti
Hanifah
3. Nabila
R.D
4. Puji
AS.
PROSES TERJADINYA GEMPA
BUMI
Bagaimana Gempa Bumi Terjadi?
Interior
Bumi
Bumi terdiri dari
beberapa lapisan pembentuk bumi, yaitu terdiri atas kerak bumi dan inti bumi.
Sementara diantara keduanya terdapat Lithosfer, dimana benua dan lautan
terdapat di atas lithosfer. Arus-arus konveksi dalam lapisan mantel teratas
merupakan gaya-gaya utama yang mengontrol terjadinya gerakan-gerakan lempeng
dan oleh karena itu merupakan latar belakang terjadinya gempa bumi (Santosa,
2008). Pada bagian dalam lithosfer terdapat cairan yang begitu panas dimana
sifat panas itu merambat. Maka cairan tersebut merambat ke bagian atas lithosfer
hingga mengalami pendinginan di permukaan kulit bumi yaitu di lautan maka akan
membentuk kerak lautan muda yang nantinya akan menggeser kerak lautan
sebelumnya kedalam benua dan mengakibatkan menunjam ke dalam mantel. Akibat
daripada ituterjadilah perputaran lapisan mantel yang sangat lambat
dikarenakan konveksi.
Pergerakan yang lambat
akan mengakibatkan gerakan yang sangat besar antar lempengan-lempengan di bumi.
Karena pada saat kedua lempeng saling bertumbukan, lempeng kulit bumi lautan
akan menembus lempeng benua yang lain. Lempeng-lempeng yang menembus ke dalam
mantel maka disebut sebagai zona subduksi. Komponen-komponen pada zona subduksi
yaitu palung, cekung busur muka, struktur tinggian, jalur busur gunung api dan
cekungan busur belakang. Ketika lempeng samudra dan lempeng samudra saling
bertemu akan menghasilkan suatu rangkaian busur gunung api (volcanic arc)
yang arahnya sejajar dengan palung (trench). Salah satu akibat dari
tumbukan antar lempeng samudra dan lempeng benua adalah terbentuknya kepulauan
Indonesia. Lempeng-lempeng tektonik yang bertemu di wilayah Indonesia meliputi
lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik. Zona
subduksi adalah zona aktif gempa bumi sehingga lajur gempa bumi di Indonesia
membentang sepanjang tidak kurang dari 5.600 km mulai
dari Andaman sampai ke Busur Banda Timur (Nugroho, Widiantoro dan
Ibrahim, 2007). Zona subduksi yang berada di wilayah Indonesia yaitu hampir
seluruh bagiannya, dari sepanjang selatan pulau Sumatra hingga ke selatan Pulau
Jawa, kemudian Nusa Tenggara hingga ke Maluku, yang merupakan menjadi wilayah
rawan terjadi gempa bumi karena tumbukan antar lempeng.
Gambar 1.36 |
Gambar 1.36 Komponen-komponen pada zona subduksi (lempeng samudra dan
lempeng benua) : palung (trech), struktur tinggian (structural high), cekungan
busur muka (forearc basin), jalur busur gunung api (volcanic arc),
dan cekungan busur belakang (backarc basin) (Noor, 2009).
Gempa
Bumi
Gempa bumi dapat didefinisikan bergetarnya permukaan tanah karena
pelepasan energi secara tiba-tiba akibat dari pecah/slipnya massa batuan
dilapisan kerak bumi. (Widodo, 2012). Gempa bumi dapat dibedakan dari
penyebabnya seperti gempa runtuhan, gempa vulkanik, gempa ledakan, dan gempa
tektonik. Kajian teori ini lebih membahas gempa tektonik yaitu gempa yang
disebabkan oleh gerakan lempeng tektonik. Gempa bumi dapat diukur dengan alat
seismometer atau alat seismograf, alat ini dapat mencatat getaran yang ada di
bumi dan ditempatkan diberbagai titik yang rawan gempa. Skala magnitudo dari
gempa bumi adalah Richter yang berkisar 1-10. Skala lain yaitu MMI (Intensitas
modifikasi mercalli) yang diukur berdasarkan kerusakan gempa dan memiliki skala
1-12. Penyebaran pusat gempa tektonik ini erat kaitannya dengan batas-batas
lempeng.
Seismologi merupakan
ilmu geofisika yang mempelajari tentang gempa bumi. Seismologi berasal dari dua
kata Yunani, seismos berarti getaran dan logos yang
berarti ilmu pengetahuan. Ilmu ini mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan gempa
bumi. Secara sederhana seismologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
fenomena getaran di dalam bumi, atau ilmu mengenai gempa bumi (Sukanta, 2010).
Seismologi digunakan dalam rekayasa struktural untuk membantu
dalam desain bangunan tahan gempa dan prospeksi mineral daneksplorasi minyak
dan gas alam (Aki, 1980; Richards,1980). Menurut BMKG, gempa bumi
adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan secara tiba-tiba yang
ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Gempa bumi terjadi
karena patahnya atau bergesernya lempeng tektonik. Gempa bumi sangat
dipengaruhi oleh pergerakan batuan dan lempeng pada sesar. Sesar adalah celah
pada kerak bumi yang terletak pada perbatasan antara dua lempeng tektonik.
Proses
Terjadinya Gempa Bumi
Gempa bumi yang terjadi
ada banyak jenisnya, secara umum ada gempa bumi tektonik dan vulkanik, namun
gempa bumi tektonik mendominasi kejadian gempa yang terjadi. Proses terjadinya gempa bumi tektonik
dikelompokkan kedalam teori pergeseran sesar dan teori kekenyalan elastisitas.
Teori pergeseran sesar dimulai pada pergerakan interior
bumi saat gaya konveksi mantel yang menekan kerak bumi. Karena kerak sifatnya
rapuh, maka mengakibatkan pergeseran pada sesar. Dari pergeseran sesar,
muncullah gempa bumi berupa aliran energi yang merambat ke permukaan. Sedangkan
pada teori kekenyalan elastisitas terjadi pada saat gempa yang disebabkan oleh
pergeseran atau patahan pada sesar baik itu sesar naik atau sesar turun.
Patahan terjadi karena batuan mengalami tekanan terus-menerus. Apabila batuan
sudah mulai jenuh, maka batuan akan patah untuk melepaskan energi dari tekanan
dan tarikan tersebut. Pada saat menerima tekanan maka akan terbengkok tapi saat
mendapat tarikan akan kembali seperti semula. Hal itu yang disebut dengan teori
kekenyalan elatisitas.
Dinamika bumi memungkinkan terjadinya Gempa bumi. Di
seluruh dunia tidak kurangdari 8000 kejadian Gempa Bumi terjadi tiap
hari, dengan skala kecil yaitu kurangdari Magnitud 2 sampai skala
besar dengan kekuatan sekitar Magnitud 9.5 yang secara statistik hanya terjadi
satu kali dalam 20 tahun di dunia. Dari kejadian Gempa Bumi dunia, kurang lebih
10% nya terjadi di Indonesia. Dinamika bumi digambarkan dengan pergerakan
lempeng-lempeng yang menyusun kerak bumi. Pergerakan lempeng samudera terjadi
karena ada proses naiknyamagma ke permukaan (sea-floor spreading) secara
terus menerus dari dalam kulit bumi di zona pemekaran samudera. Proses ini
mendorong lempeng samudera yang mengapung pada lapisan yang bersifat padat
tetapi sangat panas dan dapat mengalir secara perlahan. Pada saat lempeng
samudera
menyusup ke bawah
lempeng benua terjadi gesekan yang menghambat proses penyusupan (Gambar 1.37).
Gambar 1.37 Pergeseran
lempeng di Bumi. Magma, gunung berapi, dan gempa bumi yang dihasilkan pada zona
subduksi (atas) di mana lempeng samudera padat didorong di bewah lempeng benua
yang lebih ringan. Ketika benua pada dua lempeng bergerak memenuhi permukaan,
gunung baru yang dihasilkan (tengah). Dalam beberapa situasi, lempeng depan
dapat terganggu dan gerakan lempeng dapat berhenti. Kedua benua kemudian
menjadi satu bersama-sama membentuk lempeng yang lebih besar, dan zona subduksi
baru dapat dibentuk di tempat lain (bawah) (Lang, 2011).
Perlambatan gerak
penyusupan tersebut menyebabkan adanya akumulasi energi di zona subduksi dan
zona patahan. Akibatnya, pada zona tersebut akan terjadi tekanan, tarikan, dan
geseran. Pergerakan lempeng-lempeng di dunia memungkinkan adanya interaksi
antara lempeng yang satu dengan lainnya. Gempa terjadi bukan karena tumbukan
dua lempeng, seperti diibaratkan dua mobil saling bertabrakan yang asalnya
saling jauh kemudian bertabrakan (terjadi crash). Untuk zona
subduksi, gempa terjadi karena interaksi antar dua lempeng yang saling menekan
sehingga terakumulasi energi yang cukup besar. Gempa itu sendiri terjadi karena
kondisi batuan pada lempeng ataupun litosfer patah.
Mengapa batuan dapat
patah, mekanisme patahan yang terjadi dapat dijelaskan bahwa dikarenakan batuan
tadi mengalami tekanan
ataupun tarikan secara
terusmenerus, apabila elastisitas batuan sudah jenuh, maka batuan akan patah
untuk melepaskan energi dari tekanan dan tarikan tersebut. Saat menerima
tekanan, batuan akan terbengkokkan dan setelah melepaskan tekanannya batuan
akan kembali ke bentuk semula, ini dikenal dengan ‘Elastic Rebound
Theory’. Pelepaskan energi tekanan yang sudah tertumpuk ini terjadi
selama kurun waktu tertentu (Scolz,2004). Gempa yang terjadi di zona
subduksi akibat patahan pada lapisan batuan ataulithosfer ini dapat
berupa gempa dangkal (shallow earthquake),
menengah (intermediate earthquake), dan dalam (deep earthquake).
Berdasarkan hasil penelitian para peneliti kebumian, disimpulkan
bahwa hampir 95 persen lebih Gempa Bumi alamiah yang cukup besar
terjadi di daerah batas pertemuan antar lempeng yang menyusun kerak
bumi dan di daerah patahan atau fault.
Secara tahapan dapat
di jelaskan seperti berikut ini:
a. Tahap pertama dua lempeng
saling bertumbukan di zona subduksi terjadi tegangan geser
b. Tahap kedua lempeng yang
berada diatas mulai mengalami tekukan sehingga terbentuk bukit di atasnya
sementara itu tegangan geser terus bertambah. Pada tahap ini kecepatan
gelombang seismik menurun.
c. Tahap ketiga terjadi
retakan-retakan pada batuan dan mencapai batas keseimbangan. Pada tahap ini
gelombnag seismik meningkat lagi.
d. Tahap keempat terjadilah gempa
bumi akibat dari batuan yang pecah, Slip atau batuan yang terkunci menjadi
terlepas dan sejumlah energi akan dilepaskan. Kemudian energi ini akan merambat
ke segala arah dalam bentuk gelombang longitudinal (gelombang P) dan gelombang
transversal (gelombang S) rambatan gelombang ini yang akan menghancurkan
bangunan-bangunan di atasnya
e. Tahap kelima terjadi
keseimbangan baru pada saat selesai gempa bumi.
Pada saat terjadi
gempa bumi, energi gempa tersebut merambat dalam bentuk
gelombang seismik (Gambar 1.39). Gelombang P dan S memberikan petunjuk untuk
interior bumi. Bahwa tidak ada gelombang S langsung mencapai sisi
jauh menunjukkan bahwa inti bumi cair. Ukuran gelombang bayangan S memberitahu
ukuran inti luar. Energi gelombang seismik akibat adanya gempa bumi merambat
dengan jangkauan tertentu. Gelombang seismik sebagai bentuk rambatan energi
gempa ini dapat direkam menggunakan alat yang disebut seismograf. Gambat 1.39
menunjukkan salah satu bentuk gelombang seismik pada saat gempa bumi di
Meksiko.
Gambar 1.39 Perambatan
gelombang seismik melalui interior Bumi saat terjadi gempa bumi (Seeds, 2007).
Gambar 1.40 Sebuah
seismograf di utara Kanada merekam gelombang seismik dari gempa bumi di
Meksiko. Getaran pertama, gelombang P, tiba 11 menit setelah gempa, tetapi
gelombang S butuh waktu 20 menit untuk melakukan perjalanan (Lang, 2011).
Struktur internal bumi
ditentukan oleh kecepatan yang berbeda-beda dari gelombang gempa (Gambar 1.41).
Ada dua jenis gelombang yang berjalan melalui Bumi. Gelombang tersebut dikenal
sebagai kompresi gelombang P (atau gelombang "dorong dan tarik") dan
gelombang geser S (atau gelombang "goyang"). Gelombang P bergerak
hampir dua kali lebih cepat daripada gelombang S, dan gelombang P melewati
fluida inti luar, yang tidak bisa dilakukan gelombang S. Batas antara mantel
dan inti ditandai dengan penurunan terjal dalam kecepatan gelombang P pada
kedalaman sekitar 2.890 kilometer. Gelombang S tidak merambat melampaui batas
ini. Inti luar cair dipisahkan dari inti padat pada radius 1.220 kilometer di
mana gelombang P mengalami peningkatan kecepatan.
No comments:
Post a Comment